SELAMAT DATANG DI ARALE BLOGSPOT
TERIMA KASIH SUDA BERKUNJUNG KE ARALE BLOGSPOT.COM KOMENTAR ANDA ADALAH INSPIRASI DAN MOTIVASI ARALE UNTUK MENGEMBANGKAN BLOG INI

Selasa, 31 Mei 2011

Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik

Sistem yang dipilih adalah sistem yang mempunyai kriteria tepat, baik secara fisik sosial atau perekonomian; selain itu sistem harus mampu menciptakan tingkat higienis dan kenyaman masyarakat serta menjaga keberlangsungan lingkungan dimasa depan.

Secara umum pengelolaan air buangan yaitu sistem:

v Sistem off-site ( terpusat )

Adalah sistem dimana air limbah dari seluruh daerah pelayanan dikumpulkan dalam riol pengumpul, kemudian dialirkan ke dalam riol kota menuju tempat pengolahan dan baru dibuang ke badan air penerima. Sistem sanitasi off-site mempunyai beberapa teknologi yang sering digunakan, antara lain:

1. Conventional Sewerage,

2. Shallow Sewers

3. Small bore sewer dengan pengolahan

v Sistem on-site ( setempat)

Adalah sistem dimana air limbah tidak dikumpulkan dalam satu tempat, tetapi masing-masing yang mengeluarkan air buangan membuat sendiri sistem pengelolaannya, kemudian di buang ke badan air penerima. Sistem ini biasa sering dipakai, antara lain:

1. Cubluk,

2. Aquaprivy dan

3. Septik Tank

Gabungan sistem ini membutuhkan tempat penyaluran, pembuangan dan pengolahan

Beberapa keuntungan dan kerugian sistem sanitasi setempat (On-Site) adalah:

Keuntungan:

* Biaya konstruksi relatif rendah
* Teknologi yang digunakan cukup sederhana
* Operasi dan pemeliharaan umumnya merupakan tanggung jawab pribadi
* Dapat menggunakan bahan / material setempat
* Tidak berbau dan cukup higienis jika pemeliharaannya baik
* Hasil dekomposisi bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.

Kerugian:

* Tidak cocok diterapkan disemua daerah (tidak cocok untuk daerah dengan kepadatannya tinggi, muka air tanah tinggi dan permeabilitas tanah rendah)
* Memerlukan lahan yang luas
* Sistem ini tidak diperuntukkan bagi limbah dapur, mandi dan cuci karena volumenya kecil, sehingga limbah cair dari dapur dan cuci akan tetap mencemari saluran drainase dan badan-badan air yang lain.
* Bila pemeliharaannya tidak dilakukan dengan baik, akan dapat mencemari air tanah dan sumur dangkal.
* Pelayanan terbatas

Sedangkan keuntungan dan kerugian bila menggunakan sistem sanitasi terpusat (Off-Site) adalah :

Keuntungan:

* Memberikan pelayanan lebih aman, nyaman dan menyeluruh.
* Menampung semua air buangan rumah tangga sehingga pencemaran terhadap saluran drainase dan badan air lainnya serta air tanah dapat dihindari.
* Cocok diterapkan di daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk menengah sampai tinggi.
* Tahan lama dikarenakan sistem ini dibuat dengan periode perencanaan tertentu.
* Tidak memerlukan lahan (permukaan) yang luas, sebab jaringan pipa ditanam di dalam tanah.

Kerugian:

* Biaya investasi jaringan sangat tinggi
* Memerlukan teknologi yang memadai untuk membangun dan memelihara sistem
* Instalasi lebih rumit sehingga memerlukan perencanaan yang tepat.
* Keuntungan baru bisa dicapai sepenuhnya setelah sistem dapat dimanfaatkan / digunakan oleh seluruh penduduk di daerah pelayanan.
* Sistem jaringan pipa yang luas memerlukan perencanaan dan pelaksanaan jangka panjang.

Masing-masing teknologi yang digunakan dalam sistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Convensional Sewerage

Dalam sistem ini air buangan (dalam hal ini air dan lumpur tinja) akan masuk ke dalam saluran. Jaringan pipa air buangan tidak selamanya sesuai dengan kondisi perkotaan di Indonesia. Dan untuk melaksanakan sewerage di daerah perkotaan yang kepadatannya tinggi tidaklah mudah.

Kompleks perumahan baru dan pusat perdagangan atau industri adalah tempat yang paling sesuai untuk sistem sewerage ini. Conventional Sewerage sebaiknya dipilih antara lain:

1. Bila mayoritas rumah tangga sudah memiliki sambungan air bersih.
2. Bila teknologi sanitasi setempat tidak layak.
3. Di daerah pemukiman baru dimana mereka mampu membiayai sewerage dan sebaiknya dilengkapi dengan IPAL.
4. Untuk daerah yang kemiringannya 1% perlu diselidiki adanya kemungkinan untuk mengembangkan saluran drainase yang ada dan menggunakannya sebagai sewerage gabungan.

Small Bore Sewer

Small Bore Sewer (SBS) merupakan sistem yang sesuai untuk memperbaiki sistem sanitasi pada daerah yang mayoritas menggunakan tanki septic. SBS akan menampung semua air buangan kecuali lumpur (tinja) dari tangki septik. Walaupun air buangan dari SBS sebagian sudah diolah di tangki septik, tetapi tetap membutuhkan pengolahan lebih lanjut untuk memperbaiki kualitas bakteriologi.

Sistem ini di desain untuk mengalirkan bagian air buangan rumah tangga. Pasir, lemak dan benda padat lain yang dapat menggangu saluran dapat dipisahkan dari aliran pada tangki inteseptor yang dipasang diujung setiap sambungan yang menuju saluran. Padatan yang terakumulasi pada tangki interseptor diangkat secara periodik.

SBS pada umumnya cocok untuk daerah yang datar dan mempunyai taraf muka air tinggi.

Sistem Small Bore Sewer secara umum memiliki komponen berupa:

1. Sambungan rumah, dibuat pada inlet tangki interseptor. Semua buangan kecuali sampah memasuki sistem melalui bagian ini.
2. Tangki interseptor (Interceptor Tank), didesain untuk menampung aliran selama 24 jam untuk memisahkan endapan dari cairannya. Volumenya dapat menyimpan padatan yang secara periodik akan diambil.
3. Saluran berupa pipa plastik berlubang kecil (diameter minimum 50-100 mm) dengan kedalaman yang cukup untuk mengumpulkan air buangan dari sambungan sistem gravitasi dan dibuat sesuai dengan bentang alam.
4. Pembuang dan manhole, sebagai jalan masuk dan pemeliharaan saluran serta untuk menggelontor selama pembersihan saluran.
5. Vent, untuk memelihara kondisi aliran yang bebas.
6. Sistem pemompaan (jika diperlukan) untuk mengangkat effluent dari tangki interseptor ke saluran untuk mengatasi perbedaan elevasi diperlukan bagi sistem saluran dengan area yang luas.
7. Lahan pengolahan buangan untuk mengalirkan cairan dan jaringan pengumpul dan untuk menampung buangan padat hasil olahan dari tangki interseptor.
Aliran yang masuk adalah aliran rata-rata. Aliran maksimum dianggap sama dengan aliran rata-ratanya sedangkan kecepatan minimum tidak memiliki batas.

Aliran air tanah yang masuk ke dalam saluran (infiltrasi) terjadi bila letak sewer di bawah muka air tanah, inipun biasanya kecil sekali terhadap sewer yang baru, sehingga sering diabaikan dalam perhitungan aliran. Jadi perhitungan aliran infiltrasi ditentukan berdasarkan keadaan sewer dan muka air tanah.

Ukuran pipa minimum untuk sambungan rumah dengan small bore sewer sistem berdiameter 50 mm, sedang pipa minimum bagi sewer 100 mm.

Shallow Sewer

Shallow sewer adalah sewerage kecil yang dipasang dangkal dengan kemiringan yang lebih landai dibandingkan sewerage konvensional. Shallow sewer sangat tergantung pada pembilasan air buangan untuk mengangkut air buangan padat jika dibandingkan dengan cara konvensaional yang mengandalkan kecepatan untuk membersihkan sendiri (self cleansing velocity).

Shallow sewer lebih mudah dibandingkan sewerage konvensional dan lebih cocok sebagai sewerage sekunder di daerah kampong dengan kepadatan penduduk tinggi dan jalan lingkungannya kecil dimana tidak dilewati kendaraan berat dan sebagian besar penduduk sudah memiliki sambungan air bersih dan jamban pribadi tanpa pembuangan setempat yang memadai. Selain itu sistem ini cocok ditempatkan pada daerah dengan kemiringan 1%.

Tanki Septik dan Sumur Resapan

Penggunaan tangki septik paling banyak digunakan untuk pengolahan air buangan rumah tangga dan sistem ini cocok untuk sistem on-site sanitation walaupun kualitas bakteriologinya masih jelek.

Tangki septik yang sudah umum di Indonesia adalah toilet tuang siram atau istilah lain kakus leher angsa. Sistem ini mempunyai unit air perapat (water seal) yang dipasang di bawah pelat jongkok atau tumpuan tempat duduk sehingga dapat mencegah gangguan lalat dan masuknya bau ke toilet.

Air buangan dapur dan kamar mandi sebaiknya tidak dimasukkan ke dalam tangki septik kecuali bila tanki tersebut direncanakan mampu menampung debit air buangan yang besar. Tangki septik paling banyak digunakan penduduk sebagai penampung sementara air buangan toilet karena biayanya yang relatif murah. Tangki septik harus diletakkan pada lokasi yang tepat agar tidak mencemari sumber air tanah.

Cubluk (Sumur Penampung)

Jamban cubluk atau kakus cemplung (pit latrine) merupakan sarana sanitasi sederhana yang umum digunakan di negara-negara sedang berkembang (terutama di desa-desa). Bentuknya sangat sederhana dan terdiri dari 3 bagian, yaitu:

1. Sumur pengumpul tinja (cubluk)
2. pelat jongkok berikut pondasinya,
3. Bangunan pelindung (konstruksi bagian atas)

Beberapa jenis cubluk yang umum digunakan yaitu :

Jamban cubluk konvensional
1. Jamban berlubang tradisional dengan bentuk yang sangat sederhana tanpa ventilasi. (biasanya berbau dan lalat serta nyamuk dapat berkembang biak dengan cepat.

2. Jamban Cubluk Yang Diperbaiki dan Berventilasi (JCDV).

Jamban cubluk dengan lubang tunggal, yang direncanakan untuk penggunaan paling sedikit 2 tahun. Umumnya sesuai digunakan pada daerah yang air tanah dalamnya dan ukuran lubang tidak terbatas.

3. Jamban Cubluk Ganda Yang Diperbaiki dan Berventilasi (JCGDV)

4. Jamban dengan struktur permanent mempunyai 2 lubang yang dapat digunakan bergantian. Jamban ini tepat digunakan didaerah perkotaan, dimana masyarakat sanggup membiayai dan tanpa harus memindahkannya setiap tahun.

5. Jamban Cubluk Lubang Banyak Yang Diperbaiki dan Berventilasi.
Jamban lebih dari satu lubang yang lebih tepat digunakan di tempat-tempat umum.
Bau yang timbul dari dalam cubluk akan keluar akibat adanya aliran udara di ujung pipa ventilasi yang dapat terbuat dari PVC. Pemberian ventilasi ini juga memberikan peranan penting dalam mengurangi perkembangbiakan nyamuk dan lalat.

Penggunaan JCDV dan JCGDV direncanakan untuk pemakaian tanpa air, artinya tinja tidak perlu digelontor masuk ke dalam cubluk. Untuk menjaga agar cubluk tetap kering dan mencegah pengotoran air tanah, maka pembangunan cubluk tidak dilakukan dibawah muka air tanah. Pemakaian cubluk dilakukan bergantian selama periode tertentu. Setiap cubluk harus didesain dengan masa periode paling sedikit 1 tahun sebelum menutup cubluknya dan menggunakan cubluk yang lain. Setelah cubluk pertama terisi penuh sesuai masa periode desain yang telah ditentukan, pemakaian cubluk kedua baru dimulai. Bila cubluk kedua hampir penuh, maka cubluk yang pertama dikosongkan dan siap untuk digunakan lagi. Dengan cara bergantian maka kedua cubluk dapat digunakan untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Karena kotoran tersimpan lama dalam cubluk yang sedang ditutup (tidak digunakan), maka organisme yang dapat menimbulkan penyakit dalam kotoran akan mati (kotoran sudah menjadi humus) sehingga tidak ada bahaya penyebaran penyakit dari cubluk yang akan digali (digunakan kembali).

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites