SELAMAT DATANG DI ARALE BLOGSPOT
TERIMA KASIH SUDA BERKUNJUNG KE ARALE BLOGSPOT.COM KOMENTAR ANDA ADALAH INSPIRASI DAN MOTIVASI ARALE UNTUK MENGEMBANGKAN BLOG INI

This is arale blogspot

agan-agan sebelum membaca artikel arale, agan-agan harus fit agar tidak bosan membacanya soalnya arale baru belajar ngeblog

This is arale blogspot

agan-agan sebelum membaca artikel arale, agan-agan harus fit agar tidak bosan membacanya soalnya arale baru belajar ngeblog

This is arale blogspot

agan-agan sebelum membaca artikel arale, agan-agan harus fit agar tidak bosan membacanya soalnya arale baru belajar ngeblog

This is arale blogspot

agan-agan sebelum membaca artikel arale, agan-agan harus fit agar tidak bosan membacanya soalnya arale baru belajar ngeblog

This is arale blogspot

agan-agan sebelum membaca artikel arale, agan-agan harus fit agar tidak bosan membacanya soalnya arale baru belajar ngeblog

Jumat, 09 Desember 2011

PERUBAHAN IKLIM

Perubahan iklim akan memberikan dampak yang sangat besar pada berbagai sektor, diantaranya:
a.      Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pertanian
DAMPAK PERUBAHN IKLIM
Perubahan iklim akan menyebabkan pergeseran musim, sehingga musim kemarau menjadi lebih panjang. Hal ini akan menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Sehingga Indonesia harus mengimpor beras dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhannya. Secara otomatis, produktivitas di bidang pertanian juga akan menurun.
b.      Dampak Perubahan Iklim terhadap Kenaikan Muka Air Laut
Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini membawa banyak perubahan bagi kehidupan di bawah laut, seperti pemutihan terumbu karang dan punahnya berbagai jenis ikan. Sehingga akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai.
Kenaikan muka air laut akan menyebabkan hancurnya tambak-tambak ikan di beberapa daerah, juga dapat merusak terumbu karang yang ada di laut Indonesia.
c.       Dampak Perubahan iklim terhadap Ekosistem
Meningkatnya tingkat keasaman dari laut karena bertambahnya karbondioksida di atmosfer akan membawa dampak negatif pada organisme-organisme laut. Misalnya, hilangnya jenis flora dan fauna khususnya di Indonesia.
d.      Dampak Perubahan iklim terhadap Sumber Daya Air
Pada pertengahan abad ini, rata-rata aliran air sungai dan kelestarian air di daerah sub polar serta daerah tropis basah diperkirakan akan meningkat sebanyak 10-40%. Sementara di daerah subtropis dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang sebanyak 10-30% sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya.
e.       Dampak Perubahan iklim terhadap Kesehatan
Frekuensi timbulnya penyakit seperti malaria dan demam berdarah akan meningkat. Penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan.
f.       Dampak Perubahan iklim terhadap Sektor Lingkungan
Dengan lingkungan yang rusak, alam akan lebih rapuh terhadap perubahan iklim. Apabila terjadi curah hujan yang cukup tinggi akan berpotensi menimbulkan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.


Kamis, 08 Desember 2011

PENCEGAHAN PENYAKIT BAWAAN SOSIOSFIR

Karena penyakit bawaan sosial itu bersumber pada perilaku/ way of life atau gaya hidup masyarakat yang tidak sehat, maka untuk mencegahnya diperlukan perubahan perilaku. Perubahan perilaku ini seringkali tidak mudah, apalagi bila perilaku yang akan diubah tadi sudah dianggap normal oleh masyarakat. Perubahan peri¬laku ini sangat esensil dan harus menyertai semua tindakan terhadap lingkung¬an sosial. Untuk memberantas penyakit bawaan air, perlu diperkenalkan teknologi 'sumur pompa' misalnya, maka setiap orang yang memasukkan teknologi baru ke dalam masyarakat, harus juga mengubah perilaku masyarakat sesuai dengan teknologi yang diperkenalkan tadi. Apabila ini tidak dilakukan, maka teknologi tidak akan dapat diterima, dan usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan masyarakat akan gagal. Perubahan perilaku itu dapat terjadi secara alamiah ataupun direncanakan. Pada hakekatnya manusia itu terus berubah karena harus beradaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah. Perubahan itu dapat berarah kepada yang baik atau sebaliknya. Agar manusia berubah dan menjadi lebih baik dari semula, maka harus terjadi suatu inovasi atau pembaharuan. Mengingat bahwa perilaku itu kompleks dan banyak pula yang perlu diubah, maka-perlu ditentukan prioritas. Perubahan itu memerlukan waktu yang cukup panjang, sehingga dukungan untuk berubah perlu diberikan untuk jangka panjang pula: Perubahan perilaku dapat dipermudah apabila perubahan itu tidak bertentangan dengan kepercayaan, sumber dana tersedia, tidak mengubah prioritas panggunaan dana oleh masyarakat, banyak yang ikut berubah, dan perubahan menyelesaikan permasalahan masyarakat. Proses yang terjadi dalam perubahan perilaku secara berturut-turut dan saling berkaitan adalah sebagai berikut:
[kesadaran - stimulasi- motif - perubahan perilaku]


Agar proses ini dapat terjadi, maka perlu dilakukan pendidikan ataupun penyuluhan. Tahap pertama yang perlu dilakukan adalah penyadaran masyarakat akan permasalahan ataupun kebutuhan yang mereka hadapi. Bahkan seringkali masyarakat tidak menyadari apa yang dibutuhkannya. Kesadaran ini bisa didapat apabila masyarakat terlibat dalam suatu kegiatan yang membawa mereka kepada kebutuhan tadi.

Pengelolaan Sosiosfir
Pengelolaan lingkungan sosial ini seperti lingkungan lainnya direncanakan agar terjadi perbaikan sehingga tujuan pembangunan sapat tercapai.
Pengelolaan dapat dilakukan dengan pendekatan administratif, pendidikan, pemberian pelayanan, atau kombinasi dari tiga cara tersebut.

Administratif
Pendekatan administratif dapat dilakukan dengan membuat peraturan beserta sanksinya. Cara ini akan memberikan hasil yang cepat, tetapi perlu dilakukan pengawasan yang terus menerus, karena masyarakat tidak mengerti mengapa mereka harus mengikuti peraturan dan berubah perilaku. Cara ini hanya baik, apabila perilaku masyarakat tersebut berbahaya bagi kebanyakan orang. Misalnya mereka yang berpenyakit menular, maka mau tidak mau harus diisolasi.

Pendidikan
Cara pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun tidak formal untuk memberi pengertian clan mengubah perilaku. Metoda ini baik sekali karena masyarakat mengerti mengapa mereka harus berubah. Karenanya mereka tidak perlu diawasi, bahkan akan ikut serta melakukan kontrol sosial. Namun demikian untuk mendapatkan hasilnya, pendekatan pendidikan ini memerlukan waktu yang lama, dan metoda pendidikan yang efektif.

Pelayananan
Pendekatan pelayanan diperlukan untuk menunjang perubahan, baik yang dilakukan secara administratif maupun pendidikan. Apabila faktor pe¬nunjang ini tidak ada, maka usaha apapun tidak akan berhasil. Misalnya diusahakan agar masyarakat mau menggunakan air bersih dan tidak lagi memanfaatkan air sungai yang kotor; maka perlu ada sarana penyediaan air bersih, atau paling tidak, ada pakar yang dapat membantu masyarakat membuat sarana air bersih.
Pendekatan terkombinasi adalah yang paling baik, karena untuk efek cepat dalam jangka pendek perlu adanya peraturan. Namun, peraturan saja tanpa memberi pengertian akan membuat masyarakat tetap tidak mendapatkan inovasi. Dan akhirnya, sarana atau teknologinya perlu juga diperkenalkan. Beberapa usaha yang perlu dilakukan untuk ini adalah:
1. Melaksanakan peraturan kependudukan yang ada. Misalnya undang-un¬dang perkawinan yang meningkatkan usia kawin, sehingga kenaikan penduduk dapat dikendalikan. Demikian pula dengan peraturan tunjangan anak bagi pegawai negeri yang tidak menganjurkan keluarga besar.
2. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan, sehingga perilaku masyarakat dapat berubah menjadi sehat dan menunjang pembangunan.
3. Melaksanakan atau membuat peraturan tata kota yang menyehatkan ling-kungan pemukiman, perindustrian, perdagangan, transportasi, dan lain-¬lain sehingga kota maupun desa menjadi tetap sehat lingkungannya.
4. Mengendalikan angka penyakit dan kelahiran. Selama ini pedoman yang ada ditujukan untuk mengurangi angka kematian seperti tertera pada GBHN atau repelita yang telah lalu. Tetapi saatnya sudah tiba untuk tidak saja mengurangi angka kematian tetapi juga mengurangi angka kesakitan, karena tema hidup ini harus sudah beralih dari sekedar bertahan hidup (survival) kepada hidup sehat dan sejahtera. Dengan demikian masyarakat akan dapat menjadi produktif sesuai dengan definisi tentang kesehatan. Menurunkan angka kelahiran tampaknya mutlak perlu agar transisi demo¬grafi dapat berhasil.
5. Penyediaan berbagai sarana kesehatan lingkungan, sehingga masyarakat dapat hidup lebih manusiawi, dengan mendapat kebutuhan pelayanan dasar kesehatan lingkungan.
6. Pengadaan kesempatan pendidikan dan pekerjaan yang layak dan sehat.
7. Peningkatan taraf ekonomi, budaya, dan sosial.

PENGENDALIAAN VEKTOR

Pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan:
1. Penyakit tadi belum ada obat ataupun vaksinnya, seperti hampir semua penyakit yang disebabkan oleh virus.
2. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama untuk penyakit parasiter.
3. Berbagai penyakit didapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga sulit dikendalikan.
4. Sering menimbulkan cacat, seperti Filariasis, dan Malaria.
5. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat, seperti insekta yang bersayap.

Pengendalian Kimiawi
Pengendalian vektor selama 30-40 tahun terakhir ini dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan insektisida. Hasil yang dicapai cukup memadai, tetapi karena pemberantasan tersebut terputus-putus akibat masalah politis, maka terjadi resistensi vektor terhadap insektisida. Selain itu, insek¬tisida yang digunakan bersifat persisten (DDT) sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Karenanya dibutuhkan jenis insektisida yang baru lagi mudah terurai. Jadi pemberantasan kimiawi ini menjadi semakin mahal. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang cepat membutuhkan lebih banyak lahan untuk bercocok-tanam, bermukim dan berkarya, sehingga terjadi sarang-sarang insekta baru, terutama di daerah kumuh dan persawahan, persampahan dan drainase. Dengan demikian, penyakit bawaan vektor tidak berkurang. Karena itu orang kini mencari strategi baru dalam pengendalian vektor penyal:it, yang dilakukan secara terpadu antara pengendalian secara rekayasa, biologis, fisis, kimiawi, dan genetis.

Pengendalian Vektor Terpadu
Strategi ini dilaksanakan atas dasar ekologi vektor, sehingga diketahui berbagai karakteristik vektor seperti habitat, usia hidup, probabilitas terjadi infeksi pada vektor dan rnanusia, kepekaan vektor terlradap penyakit, dan la¬in-lainnya. Atas dasar ini, dapat dibuat strategi pengendalian yang menyeluruh dengan meningkatkan partisipasi masyarakat, kerjasama sektoral, dan lain¬lainnya.
Pengendalian Rekayasa
Pengendalian secara rekayasa pada hakekatrrya ditujukan untuk mengu-rangi sarang insekta (breeding places) dengan melakukan pengelolaan ling-kungan, yakni melakukan manipulasi dan modifikasi lungkungan. Manipulasi adalah tindakan sementara sehingga keadaan tidak menunjang kehidupan vektor. Sebagai contoh adalah perubahan niveau air atau membuat pintu air se¬hingga salinitas air dapat diatur. Modifikasi adalalr tindakan untuk rnemper¬baiki kualitas lingkungan secara permanen, seperti pengeringan, penimbunan genangan, perbaikan tempat pembuangan sampah sementara maupun akhir (TPS,TPA), dan konstruksi serta pemeliharaan saluran drainase. Pada hake¬katnya pengelolaan ini bersifat lebih permanen (jangka panjang) dibanding dengan cara kimiawi, tetapi memerlukan modal awal yang cukup tinggi.

Pengendalian Biologis
Pengendalian secara biologis (25,2C) dilakukan dengan dua cara, yakni:
1. Memelihara musuh alaminya
Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya. Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ini perlu juga dicari bagaimana caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.
2. Mengurangi fertilitas insekta.
Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril dan menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat menetas. Cara kedua ini dianggap masih terlalu mahal, dan efisiensinya masih perlu dikaji.

Pemantauan
Pengendalian secara terpadu direncanakan dan dilaksanakan untuk jangka panjang, ditunjang dengan pemantauan yang kontinu. Untuk ini diperlukan berbagai parameter pemantauan dan pedoman tindakan yang perlu diambil apabila didapat tanda-tanda akan terjadinya kejadian luar biasa/wabah. Parameter vektor penyakit yang dipantau antara lain adalah:
1. indeks lalat untuk kepadatan lalat;
2. indeks pinjal untuk kepadatan pinjal;
3. kepadatan nyamuk dapat dinyatakan sebagai Man Biting Rate (MBR), indeks kontainer, indeks rumah, dan/atau indeks Breteau;
Tindakan khusus diambil apabila kepadatan insekta meningkat cepat dan dikhawatirkan akan terjadi wabah karenanya. Tindakan sedemikian dapat berupa:
a. intensifikasi pemberantasan sarang seperti perbaikan saluran drainase, kebersihan saluran dan reservoir air, menghilangkan genangan, mencegah pembusukan sampah, dan seterusnya;
b. mobilisasi masyarakat untuk berperan serta dalam pemberantasan dengan memelihara kebersihan lingkungan masing-masing; dan
c. melakukan penyemprotan insektisida terhadap vektor dewasa didahului dengan uji resistensi insekta terhadap insektisida yang akan digunakan.

REAKSI MANUSIA TERHADAP STIMULI

 Berbagai Jenis Stimuli
Manusia dapat bereaksi terhadap berbagai jenis stimuli lingkungan. Secara garis besar berbagai stimuli tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian berdasarkan asalnya sebagai berikut:
1. Stimuli dari dalam tubuh manusia sendiri dan disebut stimuli endogenous.
2. Stimuli dari luar tubuh manusia dan disebut stimuli exogenous.
Stimuli endogenous dapat berupa stimuli dari kadar-kadar hormon yang diproduksi kelenjar-kelenjar hormon tubuh sendiri, ataupun segala reaksi-re¬aksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh. Misalnya, di dalam tubuh terdapat terlalu banyak hormon thyroid, maka metabolisme tubuh akan terjadi secara herlebihan. Tubuh akan berkeringat, terasa sering lapar, tekanan darah meninggi, dan seterusnya. Kekurangan hormon insulin akan menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi tinggi, gula ini tidak dapat disimpan sebagai glikogen, maka tubuh merasa sering lapar, banyak gula harus dikeluarkan melalui urine. Oleh karenanya rasa haus menjadi-jadi, dan selanjutnya. Reaksi-reaksi biokimia yang sangat mendasar, yakni mengatur metaholisme dalam badan dan mengatur temperatur tubuh supaya keadaan badan tetap sama/normal didasari oleh reaksi-reaksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh dan reaksi-reaksi tersebut merupakan akibat dari stimuli yang berasalkan keadaan di dalam tubuh sendiri.
Stimuli exogenous berasalkan dari luar tubuh. Misalnya, keadaan tem-peralur udara yang tinggi dapat menimbulkan reaksi tubuh yang lebih banyak mengeluarkan keringat. Hal ini terjadi agar tubuh tidak terpengaruh oleh keadaan yang panas tadi. Bila keadaan tersebut terjadi cukup lama, maka orang akan kekurangan cairan dan merasa haus. Stimulus ini menyebabkan terjadinya reaksi-reaksi biokimia dalam tubuh seperti halnya contoh-contoh terdahulu, yang berbeda hanyalah asal dari stimulusnya.
Stimuli exogenous berasalkan lingkungan hidup, sangat banyak jumlah-nya. Untuk mempermudah penelitiannya orang membaginya kedalam dua kelompok berdasarkan cara kerja stimuli tersebut pada badan. Oleh karena itu didapat stimuli yang bekerja secara langsung clan yang tidak bekerja secara langsung. Stimuli yang bekerja langsung terhadap tubuh antara lain adalah sinar-sinar yang dapat menembus kulit dan menyebabkan effek pada organ-¬organ tubuh yang terkena penyinaran. Stimuli tak langsung dapat menim¬bulkan reaksi lewat puting-puting reseptor urat syaraf yang ada di dalam kulit, pada pancaindera, dan lainnya yang kemudian disalurkan pada susunan saraf pusat untuk kemudian diproses dan respons disalurkan pada organ yang sesuai.

 Respon Manusia Terhadap Stimuli
Reaksi manusia terhadap stimuli disebut respon. Effek respon terhadap tubuh dapat menguntungkan dapat juga merugikan. Hal ini sangat tergantung pada dosis stimuli yang diterima serta keadaan tubuh saat itu. Respon manusia terhadap stimuli dapat dikelompokkan ke dalam kategori sebagai berikut:
1. Respon yang terjadi secara otomatis, di bawah sadar (involutary) seperti reflex-reflex, reaksi fisika-kimia dalam tubuh, dan untuk taraf tertentu tak dapat dikendalikan.
2. Respon yang terjadi secara sadar (voluntary), yakni respon yang dilakukan atas kendali otak manusia.
3. Respon kombinasi antara respon sadar dan respon tak sadar.
Respon manusia terhadap stimuli ini terjadi karena manusia ingin mem-pertahankan keadaan badannya supaya tetap normal. Respon tersebut dilakukan oleh perangkat yang bekerja sebagai mekanisme pertahanan tubuh. Perangkat tersebut terdiri atas perangkat alamiah (natural) dan perangkat budaya (kultural).

Daya Tahan Natural
Mahluk hidup, secara alamiah semuanya dilengkapi dengan perangkat untuk mempertahankan dirinya. Demikian juga tubuh manusia, dilengkapi dengan sistem yang dapat mempertahankan dirinya dan sebagian besar bekerja secara otomatis, berjalan diluar kesadaran manusia sendiri. Daya tahan natural ini didapat pada struktur maupun fungsi tubuh.
 Daya Tahan Struktural
Struktur menentukan fungsi tubuh. Struktur tubuh memberikan gam¬baran akan kemampuan daya tahan tubuh. Struktur merupakan lapis pertama daya tahan tubuh dan terdiri atas tengkorak, kerangka clan kulit. Tengkorak dan kerangka terdiri atas tulang yang berfungsi memperkokoh, menunjang dan melindungi bagian-bagian tubuh yang lunak dan penting. Misalnya, otak, jan-tung, paru-paru, hati, clan lain-lainnya dilindungi oleh sistem tulang yang kuat, keras, serta tebal dengan fungsi melindunginya terhadap segala faktor yang membahayakan.
Kulit, selaput lendir, lapisan tanduk, kuku, kelenjar keringat, puting¬puting urat syaraf , pembuluh darah, dan lain-lain pelengkap yang ada di dalam kulit berfungsi membungkus tubuh manusia sedemikian rupa sehingga benda-benda asing tidak mudah memasuki tubuh, clan tubuh tidak mudah kehilangan cairan.
 Daya Tahan Fungsional
Fungsi atau faal tubuh antara lain berusaha mempertahankan tubuh agar tetap berada dalam keadaan normal (homeostasis). Apabila lapisan pertahanan pertama tertembus, maka fungsi badan mulai bergerak untuk melakukan pengamanan. Contoh-contoh yang mudah difahami ialah sebagai berikut:
1. reflex-reflex untuk mengeluarkan benda asing dari tubuh seperti bersin, batuk, diare, muntah, keluarnya air mata, air liur, dan sebagainya.
2. Pengaturan temperatur badan agar tetap sekalipun cuaca sangat dingin ataupun panas.
3. Reaksi-reaksi peradangan yang berusaha menghadang invasi kuman. Reaksi ini ditandai oleh sirkulasi yang meningkat di bagian yang mengandung kuman, sehingga nampak merah clan bengkak, sakit, sehingga anggota badan yang bersangkutan tidak dapat berfungsi secara normal untuk sementara waktu.
4. Pembuatan zat anti/ antibodies terhadap kuman penyakit spesifik sehingga kuman dapat dimatikan.
5. Adaptasi merupakan usaha badan untuk memungkinkan tubuh bertahan dalam lingkungan yang tidak menguntungkan. Adaptasi ini dapat tampak sebagai perubahan struktur, fungsi, maupun reaksi biokimia tubuh.

Daya Tahan Kultural
Pada mulanya, perkembangan budaya didasarkan atas usaha untuk mempertahankan diri. Misalnya orang berusaha untuk membuat pakaian untuk melindungi tubuhnya dari pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan. De¬mikian pula halnya dengan usaha membuat rumah, usaha bercocok tanam dan beternak. Kemudian budaya manusia berkembang secara khusus untuk me-ningkatkan kesehatan. Misalnya, usaha membuat vaksin untuk meningkatkan taraf kekebalan tubuh terhadap kuman yang spesifik seperti vaksin anti TBC, anti Tetanus, anti Typhus-Cholera-Dysenterie, anti Cacar, dan sebagainya. Contoh lain ialah usaha manusia untuk meningkatkan kesehatan dengan memberikan penyuluhan agar perilaku masyarakat menjadi lebih sehat. Demikian pula dengan usaha meningkatkan kesehatan gigi, kesehatan gizi, clan lain sebagainya.
Daya tahan tubuh baik natural maupun kultural, kadang-kadang dapat menimbulkan efek yang tidak nnenguntungkan. Misalnya penderita yang memerlukan transplantasi organ, akan sangat sulit untuk mendapntkan organ yang cocok bagi tubuhnya, sehingga organ transplan tidak dianggap sebagai benda asing clan tidak dihancurkan oleh badan sendiri. Contoh lain adalah pemakaian obat-obatan yang dimaksud untuk mengendalikan infeksi kadang¬-kadang menimbulkan reaksi tubuh yang berlebih (hypersensitivitas) sehingga tubuh menderita karenanya.
Faktor- faktor yang menentukan efek ini sangat banyak; proses interaksi yang terjadi di dalam tubuh dikenal sebagai proses farmakokinetika. Faktor-faktor yang ikut menentukan terjadinya efek bila benda asing itu hidup antara lain adalah kekuatan tubuh, patogenitas, jumlah serta virulensi kuman; clan bila benda asing tersebut merupakan zat kimia maka faktor penentunya adalah
a. banyaknya zat yang dapat diabsorpsi,
b. luasnya distribusi zat di dalam tubuh,
c. perlakuan tubuh terhadap zat tersebut,
d. banyaknya serta bentuknya yang dapat dikeluarkan dari tubuh,
e. dosis yang diterima tubuh,
f. toleransi tubuh terhadapnya,
g. sensitivitas tubuh terhadapnya,
h. dapat/tidaknya zat tersebut berakumulasi di dalam tubuh.

MANUSIA DAN LINGKUNGANNYA

Manusia merupakan salah satu unsur di dalam lingkungan hidup ini. Secara biologis manusia tergolong Homo sapiens. Ia merupakan mahluk hidup yang paling canggih, namun demikian, ia tetap merupakan salah satu unsur alam. Kecanggihan ini didapat manusia karena kemampuannya mengembangkan budaya. Perkembangan budaya ini dapat terjadi pada manusia, karena ia dilengkapi dengan bentuk fisik, fungsi tubuh serta karakteristik perkembangan tubuhnya yang berbeda dengan hewan-hewan lainnya. Budayanya ini pula yang menyebabkan ia dapat mengubah kualitas lingkungan hidupnya dengan segala konsekuensinya. Oleh karena itu pula manusia dapat ditinjau dari segi fisik maupun dari segi budaya.

Perkembangan Fisik Manusia
Manusia dilahirkan dengan 46 pasang khromosom yang mengandung kurang lebih 30.000 gena. Komposisi gena ini menentukan genotip manusia, sedangkan bentuk fisik manusia disebut fenotip. Dari seluruh gena tersebut 90-95 prosennya merupakan gena yang sama bagi seluruh umat manusia. Hanya 5% - 10% dari seluruh gena tersebut yang membedakan antar bangsa, suku, maupun individu.
Ada teori yang mengatakan bahwa proses mutasi yang menyebabkan terjadinya evolusi fisik manusia sehingga terjadi perubahan bentuk manusia purba (manusia Neanderthal) menjadi manusia modern (cro magnon).
Ada 2 teori yang menjelaskan mengenai hal tersebut yaitu:
1. evolusi fisik, adanya mutasi
2. seleksi alam, manusia Neanderthal dan cromagnon sudah lama ada, dan kemudian manusia purba yang musnah.

Perkembangan Budaya
Bentuk fisik, fungsi tubuh, maupun perkembangan fisik manusia sangat menunjang perkembangan budayanya.

 Mata Stereoskopik, Tangan Pembuat alat
Perkembangan budaya tidak terlihat pada hewan. Hal ini disebabkan manusia dilengkapi dengan bentuk tangan yang berbeda dari hewan, yakni, ibu jari dan otot-otot tangannya memungkinkan ia melakukan berbagai mani¬pulasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Selain itu mata manusia bersifat stereoskopis yang memungkinkan ia melihat dalam tiga dimensi. Kedua hal tersebut ini mempengaruhi pertumbuhan otak, sehingga manusia dapat berfikir dengan lebih baik. Sebagai akibatnya, terjadi perkembangan otak. Perkem-bangan otak ini selanjutnya membuat tangan manusia bertambah terampil, dan seterusnya otak menjadi lebih berkembang pula dan dapat berfikir secara abstrak, dapat membuat konsepsi yang dituangkan dalam bentuk benda-benda ataupun peralatan yang diperlukan manusia untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan hidupnya, ataupun memperbaiki taraf hidupnya. Oleh karena itu, tangan manusia disebut sebagai "prehensile hands" ataupun "tool-making hands". Kemampuan manusia membuat alat inilah yang mendasari perkem¬bangan budaya manusia. Manusia dapat mengembangkan alat untuk berko¬munikasi seperti bahasa, cara-cara menyimpan dan mengirimkan informasi, membuat peralatan seperti alat-alat tulis, alat morse, dan saat ini peralatan telekomunikasi. Keinginnya untuk memperbaiki matanya yang kemampuan melihatnya terbatas, telah menghasilkan ilmu optik yang tidak saja mem¬perbaiki visi mata manusia tetapi saat ini dapat dipakai untuk membantu mata melihat benda-benda yang tidak tampak dengan mata biasa seperti mikroba, atom, dan lain-lainnya. Selain itu manusia saat ini dapat pula melihat jarak jauh dengan peralatan televisi misalnya.

 Manusia Pemburu, Ekonomi Subsistens
Karena struktur, fungsi dan pertumbuhan tubuhnya, manusia dapat me-ngembangkan budaya yang tidak didapat pada hewan. Budaya ini berkembang sesuai dengan kemampuan manusia membuat alat yang dibutuhkannya. Selain itu perkembangan budaya dipengaruhi pula oleh elemen-elemen yang ada di dalam lingkungan hidupnya. Pada permulaannya, manusia memperguna¬kan bahan yang ada di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik itu makanan maupun pakaian clan naungan. Pada fase ini manusia masih hidup berpindah-pindah. Sewaktu manusia masih hidup sebagai nomad ini, maka kehidupannya sangat dipengaruhi alam. Pengaruh lingkungan terhadap manusia sangat besar. Jumlah penduduknya ditentukan oleh keberadaan pangan di sekitarnya. Angka kematiannya saat ini sangat tinggi, begitu pula dengan angka kelahirannya. Dengan demikian, jumlah penduduk sulit naik. Angka penyakitpun tinggi; penyakit akan menyerang siapa saja, manusia tidak mempunyai cara untuk mencegahnya.
Kemudian manusia mulai menetap di suatu tempat, tinggal di gua-gua, sudah mengenal api, dan mengenakan daun-daunan atau kulit hewan sebagai pakaian. Mereka hidup dari berburu. Untuk keperluan itu mereka berhasil membuat alat dari batu. Pada saat ini manusia dianggap hidup dalam jaman batu, sesuai dengan bahan yang digunakannya untuk membuat peralatannya. Kehidupan manusia saat ini masih sangat primitif, dan sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Pengaruh lingkungan terhadapnya masih cukup besar. Makanan masih tersedia di sekitarnya, menentukan tempat tinggalnya. Segera makanan habis, mereka akan mencari tempat bermukim yang baru dimana makanan serta kebutuhan lainnya tersedia. Budaya manusia pada saat ini masih sangat sederhana, perkembangannyapun sangat lambat. Taraf budaya ini kemudian naik, dan alatnyapun dibuat dari material lain, maka budayanyapun dinyatakan sesuai dengan itu. Jadi masyarakat dapat berada dalam jaman perak, emas, atom/nuklir, dan saat ini dalam jaman informasi. Manusia yang tinggal di gua-gua, dapat membuat api, periuk tempat air, dan lain-lainnya, terkenal sangat kuat dan disebut manusia Neanderthal, yaitu manusia yang dikenal sebagai manusia purba. Pada saat itu manusia sudah dapat melindungi dirinya terhadap berbagai faktor yang tidak disukainya. Pada taraf hidup ini dikatakan bahwa manusia hidup dalam ekonomi subsistens.

 Manusia Agraris Ekonomi Barter
Sebagaimana layaknya, manusia akan berusaha untuk terus memper¬baiki keadaannya. Secara pasti tidak dapat ditentukan bagaimana manusia menemukan cara untuk bercocok tanam. Tetapi besar kemungkinannya, bah¬wa mereka secara kebetulan melihat bahwa biji-biji yang terbuang dapat tumbuh menjadi tanaman yang sama dengan tanaman asal biji tersebut. Demikian pula halnya dengan penjinakkan hewan-hewan liar yang dijadikan sumber makanannya. Sebagai hasilnya, manusia tidak lagi hidup secara ber¬pindah-pindah dan mengumpulkan makanan yang tersedia saja, tetapi mereka menetap di tempat yang sama, di mana mereka kemudian bertani dan berter¬nak. Jadi meningkatnya kemampuan, pengetahuan, atau budaya manusia akan mengubah perilakunya. Cara bertempat tinggal seperti ini memungkinkan mereka menyampaikan informasi-infonmasi dengan lebih baik, komunikasi antar orang menjadi lebih baik dan lebih intensif, penyampaian penemuan-¬penemuan barupun menjadi lebih mudah dan lebih baik. Tantangan hidup da¬pat dibicarakan dengan lebih mudah, demikian pula solusi-solusi yang mungkin dapat dilaksanakan. Dengan demikian, perkembangan budaya akan berjalan dengan lebih cepat. Manusia selanjutnya melakukan observasi terha¬dap fenomena-fenomena alam dan berusaha menerapkan pengetahuannya itu sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Dengan demikian setiap individu akan belajar sesuai dengan bakat, minat, serta kemampuannya sehingga terjadi spesialisasi di berbagai bidang. Atas dasar perkembangan pengetahuan ini manusia kemudian memasuki fase kehidupan yang bersifat agrikultural.
Kemampuan memproduksi makanan yang melebihi kebutuhan sehari¬-harinya akan menyebabkan meningkatnya suplai energi yang tersedia, maka angka kelahiran naik, sedangkan angka kematian tetap, maka jumlah populasi akan bertambah. Pada taraf ini manusia menukarkan hasil pertaniannya dengan barang yang mereka tidak dapat buat sendiri, maka ekonominya disebut ekonomi barter. Pada tahap perkembangan ini, manusia purba ini mempunyai kehidupan yang relatif baik, tidak banyak pekerjaan dan banyak waktu luang. Dengan keadaan sumber daya yang berlebih ini, manusia dapat berkembang lagi budayanya.

 Ekonomi Tunai, Diferensiasi Pekerjaan, dan Tempat Tinggal
Setelah manusia menemukan mata uang, maka pertukaran barang dilakukan dengan mata uang dan taraf ekonomi seperti itu disebut ekonomi tunai (cash economy). Ekonomi tunai ini membawa serta diferensiasi pe¬kerjaan dan tempat tinggal. Para petani atau produser akan tinggal di pedesa¬an. Kelompok orang yang berfungsi sebagai pedagang yang membawa barang ke konsumen, akan bertempat tinggal di daerah yang terdapat banyak orang dengan fasilitas transportasi yang baik pula, yakni di perkotaan. Selain itu tumbuh kelompok orang yang membuat konsep-konsep, dan melakukan percobaan-percobaan, berfungsi menerapkan ilmu alam untuk perbaikan nasib manusia (teknologi). Mereka menciptakan cara-cara dan peralatan baru. Se¬karang, kelompok ini disebut ahli atau kelompok profesional. Kebanyakan profesional akan bertempat tinggal di perkotaan. Terbentuklah berbagai jenis pekerjaan dan daerah tempat tinggal yang disebut pedesaan dan perkotaan.

 Manusia Industrial
Oleh karena jumlah penduduk terus bertambah, maka cara-cara bercocok tanam tradisional tidak lagi dapat memenuhi keperluan masyarakat. Oleh kare¬na itu diperlukan cara-cara yang dapat menyediakan suplai bahan serta jasa dengan Iebih cepat dan lebih efisien. Dengan kemampuan observasi fenomena alam sekitarnya, dan daya pikirnya manusia kemudian dapat menemukan mesin-mesin yang dapat bekerja dengan lebih cepat daripada tenaga manusia. Peristiwa ini dikenal sebagai awal dari revolusi industri yang dimulai dengan penemuan mesin uap oleh James Watt. Fase industrial ini kemudian menim¬bulkan dampak-dampak yang sangat menyolok; selain kemakmuran didapat pula dampak-dampak yang negatif seperti exploitasi tenaga kerja dan anak, kecelakaan, pencemaran lingkungan, penyakit, dan wabah-wabah. Apabila pada fase industrial ini manusia berfikir untuk menundukkan alam demi untuk kemakmurannya, maka dampak-dampak negatif yang dijumpai sebagai akibatnya menyadarkan manusia bahwa existensinya tergantung pada kelestarian sumber daya lingkungan. Hal ini memaksa manusia mengubah sikapnya terhadap lingkungan.

 Manusia yang Ramah LIngkungan
Manusia menyadari kesalahannya, dan tidak lagi berkehendak untuk menaklukkan alam tetapi ingin hidup secara harmonis dan produktif dengan alam sekitarnya. Hal ini hanya dapat dicapai dengan mempelajari lebih jauh lagi fenomena-fenomena alam, khususnya ekologi, dan menerapkannya secara ilmiah. Dengan demikian kelestarian sumber daya alam pendukung kehidup-annya dapat dilestarikan.
Saat ini, negara yang sedang berkembang tentunya dapat memetik man-faat dari pengalaman negara yang telah maju dalam pengelolaan lingkungan hidupnya, yakni berkembang/maju tanpa harus mengalami pencemaran lingkungan hidupnya. Teknologi dalam bidang pengelolaan ini sudah cukup maju dan sudah dapat diaplikasikan asalkan masyarakat yang bersangkutan mau dan yakin akan kebaikannya. Indonesia dengan Undang-undang no. 4, 1982 tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup, menyatakan ke¬ramahannya terhadap lingkungan hidup. Pasal 16 Undang-undang tadi menya¬takan bahwa setiap rencana yang diperkirakan akan menimbulkan dampak penting harus dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan (AM¬DAL). Dengan demikian, pembangunan di Indonesia disebut berwawasan lingkungan.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites